Jurusan Pendidikan Bahasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Singaperbangsa Karawang kembali mempertegas komitmennya dalam membangun kualitas akademik yang adaptif terhadap perkembangan global. Hal ini diwujudkan melalui penyelenggaraan International Guest Lecture bertajuk “Critical Thinking in Language and Education”, yang menghadirkan narasumber internasional, Andi Tri Nguyen, M.A., akademisi dari Hoa Sen University, Vietnam.
Kegiatan berlangsung pada Kamis, 28 Agustus 2025, melalui platform Zoom Meeting, dan diikuti ratusan peserta yang terdiri atas mahasiswa, dosen, serta peserta umum dari berbagai institusi pendidikan. Acara dibuka secara resmi oleh Prof. Dr. H. Sutirna, selaku Dekan FKIP Unsika, yang menyampaikan pentingnya penguatan kualitas kecakapan berpikir kritis di tengah arus informasi yang berkembang tanpa batas.
“Saat ini, dunia pendidikan menghadapi tantangan sekaligus peluang. Kemampuan berpikir kritis menjadi kunci agar kita mampu memilah informasi, merumuskan solusi, serta beradaptasi dengan dinamika global,” ujar Prof. Sutirna dalam sambutannya.
Menembus Sekat Global Lewat Wawasana Baru
Dalam sesi pemaparan, Andi Tri Nguyen menegaskan bahwa kemampuan berpikir kritis kini menjadi kompetensi esensial abad ke-21, terutama dalam dunia pendidikan dan kebahasaan. Menurutnya, era digital menuntut peserta didik tidak hanya mampu menyerap informasi, tetapi juga memahami, menganalisis, serta menilai relevansinya.
“Critical thinking is not about memorizing facts. It is about questioning, understanding context, evaluating evidence, and creating innovation through reasoning,” tuturnya.
Narasumber menekankan bahwa proses berpikir kritis tidak muncul secara instan. Dibutuhkan latihan terstruktur melalui kegiatan pembelajaran aktif, diskusi kreatif, serta penggunaan strategi pengajaran yang partisipatif. Di sinilah peran pendidik menjadi krusial: tidak cukup hanya menyampaikan materi, tetapi juga memfasilitasi berkembangnya pola pikir analitis pada peserta didik.
Antusiasme Peserta: Lebih dari Sekadar Seminar
Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan teoretis, tetapi juga membangkitkan semangat peserta untuk terus melatih kemampuan berpikir kritis. Salah satu peserta menyampaikan refleksinya bahwa seminar ini menjadi pemantik kesadaran bahwa berpikir kritis adalah keterampilan yang harus diasah setiap hari, bukan sekadar kebutuhan ruang kuliah.
“Saya merasa mendapat banyak wawasan baru. Penjelasan dari narasumber membuka sudut pandang saya mengenai bagaimana berpikir kritis diterapkan dalam pendidikan internasional, dan itu sangat memotivasi saya sebagai calon pendidik,” ujar seorang peserta.
Ia juga menambahkan bahwa kemampuan berpikir kritis sangat relevan dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, serta menganalisis karya sastra maupun materi pembelajaran.
“Saya jadi lebih semangat untuk melatih sikap kritis, baik saat membaca teks, berdiskusi dengan teman, ataupun menilai informasi di media sosial. Materinya sangat aplikatif dan terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari.”
Ruang Baru untuk Kolaborasi Internasional
Selain memperkaya wawasan akademik, kegiatan ini menjadi langkah strategis bagi FKIP Unsika untuk memperluas jejaring internasional. Interaksi lintas negara melalui forum akademik seperti ini membuka kemungkinan kolaborasi penelitian, pertukaran akademik, maupun program pengembangan akademik di masa mendatang.
Jurusan Pendidikan Bahasa berharap kegiatan guest lecture ini dapat menjadi program berkelanjutan yang memberikan ruang perjumpaan akademik antara civitas akademika Unsika dan para pakar global. Dengan demikian, mutu akademik Fakultas, khususnya dalam konteks internasionalisasi, dapat terus meningkat dan memberikan manfaat luas bagi mahasiswa.
“Keterbukaan terhadap wacana global adalah bagian dari proses menjadi institusi pendidikan yang siap bersaing dan berkontribusi di tingkat dunia,” jelas penyelenggara.
Menuju Pendidikan yang Humanis dan Berpikir Kritis
Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mendapatkan bekal mental untuk menjadi pendidik yang reflektif, analitis, dan humanis. Kompetensi berpikir kritis dipandang sebagai fondasi penting untuk menghadapi berbagai tantangan zaman, mulai dari perubahan sosial hingga revolusi teknologi.
Guest Lecture ini menegaskan bahwa pendidikan bahasa tidak lagi semata belajar tata Bahasa, melainkan menjadi instrumen pembebasan, pemberdayaan, dan pembentukan karakter kritis yang peduli terhadap lingkungannya.
International Guest Lecture “Critical Thinking in Language and Education” menjadi momen penting bagi Jurusan Pendidikan Bahasa FKIP Unsika dalam meneguhkan langkah menuju internasionalisasi pendidikan. Melalui diskusi interaktif dan pemaparan yang mendalam, kegiatan ini berhasil membuka cakrawala pemikiran mahasiswa dan mendorong mereka untuk terus mengasah kemampuan berpikir kritis sebagai bekal menjadi pendidik masa depan.
Lebih dari sekadar seminar, kegiatan ini menjadi ruang inspirasi dan refleksi bahwa pendidikan sejati adalah proses membangun manusia yang mandiri, reflektif, dan mampu berpikir jauh melampaui batas, baik dalam kelas maupun kehidupan nyata.